Senin, 08 Maret 2010

Save Forest For The Future

Sulit bagi seorang yang penebang kayu yang ada di Hutan untuk menghentikan kegiatan mereka, karena begitu besar keuntungan. Sebuah pengalaman yang saya alami, kebetulan saya tinggal didaerah pedesaan dimana 90% pekerjaan masyarakat disekitar saya hanya menggantungkan hasil ladang dan hasil ternak. Disetiap ladang mereka pasti terdapat sebuah pohon, mungkin jenisnya seperti pohon Jati, pohon Mahoni, dll. Biasanya harga tiap pohon sampai 10 jutaan, mereka menanam sampai berpuluh puluh tahun. Dapat kita bayangkan jika kita menebang pohon yang ada di Hutan berpuluh puluh gelondong kayu yang besar kemudian kita jual. Besar sekali keuntungan yang kita dapatkan, jika kita tiap bulannya hanya menebang 10 pohon maka kita mendapat penghasilan sebesar 100 juta tiap bulannya. Penghasilan tersebut bisa melebihi penghasilan Presiden SBY tiap bulannya, mungkin kita sebagai seorang penebang tersebut, tidak pernah terpikir apa itu kegunaan Hutan yang sebenarnya, faktanya mereka tetap melakukan kegiatan itu karena sebuah keuntungan financial menutupi segalanya, menutupi keindahan alam, dan menutupi rasa empati terhadap korban korban yang diakibatkan kerusakan Hutan baik itu banjir, tanah longsor, dll. Mungkin ini salah satu paparan menurut saya hal tersebut menjadi pandangan seorang penebang Hutan yang selalu mengeksplor terus Hutan.
Banjir saat ini sudah menjadi budaya warga di Jakarta, dan hal tersebut merupakan hal yang sudah terbiasa bagai mereka. Sudah berbagai cara dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah adanya banjir namun hal tersebut selalu gagal, salah satu faktor dimana sekarang sudah tidak ada lagi penghijauan yang ada di Kota kota besar. Satu satunya penghijauan yang sangat besar dimiliki oleh Hutan, jika pusat penghijauan tersebut sudah tidak lagi berfungsi semaksimal maka mungkin banjir akan selalu terjadi di setiap Hujan tiba. Bagi saya belum pernah mengalami banjir, namun saya dapat merasakan bagaimana saudara saudara saya yang menjadi korban banjir. Mereka tidak dapat tidur dengan nyenyak karena lembab, ketersediaan air bersih juga terbatas. Salah satu pengalaman yang saya alami, dimana daerah kampung halaman saya merupakan daerah kekurangan air, apalagi saat musim kemarau tiba, sulit sekali mencari air demikian yang menjadi sikap empati saya terhadap para korban untuk mendapat air bersih. Selain itu akibat damapak kerusakan Hutan adalah adanya tanah longsor, sungguh prihatin sekali terhadap kejadian tanah longsor yang terjadi didaerah ciwidey, dimana puluhan Keluarga terkubur hidup hidup. Sungguh tragis kejadian itu, hal tersebut disebabkan karena dampak adanya banyak bangunan bangunan didaerah puncak, hal tersebut disebabkan karena tidak adanya kesadaran akan alam, mereka hanya memikirkan keuntungan secara material belaka.
Salah satu jalan keluar untuk dapat membuat Hutan kita tetap selalu tersenyum, dan tidak pernah sakit karena kegiatan penebangan hutan, dan pembangunan yang dilakukan di Puncak adalah kesadaran alam disetiap elemen kehidupan tentang alam. hal yang sepele adalah membuang sampah ditempat yang telah disediakan sudah membantu pencegahan bencana. Pemerintah seharusnya menindak tegas terhadap pelanggaran yang merusak hutan, seperti penindakan tegas terhadap kasus Korupsi, membuat aturan dimana penebangan pohon hanya dilakukan oleh pemerintah contohnya dilakukan sweeping terhadap peredaran kayu yang illegal. Sebaiknya harus ada surat seperti STNK (kendaraan bermotor) untuk setiap kayunya, pengolahan kayu hanya dilakukan di tempat yang sudah memiliki izin oleh pemerintah, peraturan lain dimana pemerintah sebaiknya memberikan aturan peredaran kayu seperti peredaran uang dimana uang hanya diproduksi dalam satu tempat, dan memiliki no seri untuk tiap bangunannya. Hal tersebut jika dilaksanakan maka tidak akan lagi illegal logging yang selama ini dilakukan yang berdampak besar sekali terhadap kita semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar